Antara Gengsi dan Kualitas Dalam Ternak Kenari
Antara Gengsi dan Kualitas Dalam Ternak Kenari
Jangan nilai
sebuah buku hanya dari luarnya saja. Begitu kira-kira yang dapat penulis
utarakan mengenai persepsi terhadap burung kenari akhir-akhir ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dari waktu ke waktu burung kenari import
semakin merajai pasar dan menggeser kenari cetakan lokal karena berbagai
alasan. Namun yang perlu dimengerti adalah apakah benar yang populer
adalah yang terbaik?
Piyik Kenari Umur 25 hari
Beberapa waktu yang lalu kami sesama penghobiis burung kenari ataupun
beberapa rekan peternak ngobrol mengenai warna-warni dunia peternakan
dan salah satunya yang menarik adalah seputaran ternak kenari. Kira-kira
10-20 tahun yang lalu kami hanya mengenal burung kenari sebagai sosok
burung yang mungil serta berlagu merdu. Faktanya sekarang burung kenari
yang sudah tersebar hampir di seluruh daerah Indonesia memiliki jenis
yang beraneka ragam serta ukuran tubuh dan warna yang beraneka ragam
pula. Survey membuktikan bahwa keanekaragaman ini ternyata dipicu oleh
kenari import yang masuk ke negara kita.
Sedikit menyenggol, terkadang ada beberapa orang peternak yang sama
sekali minder dengan materi ternaknya yang notabene berpostur kecil
(lokal). Jika ditanya tentang materi ternaknya akan ada kecenderungan
menjawab dengan kata-kata "nggak ternak kok, lokalan aja atau lagi
belajar ternak". Yang ada di dalam benak saya ada apa dengan pamor
kenari lokal saat ini? apakah berarti penurunan pamor juga diiringi
dengan penurunan kualitasnya? apakah burung kenari import dapat
dijadikan sebagai suatu hal yang bergengsi? Penulis sendiri mempunyai
pendapat pribadi soal ini seperti:
Dalam menjalani hobi apapun dan kapanpun serta berapapun adalah hal yang
tidak bisa dinilai secara general mengingat hobi mempunyai makna kuat
dari si pelaku hobi tersebut secara pribadi.
Kenari lokal itu jelek dan tidak berkualitas? Tunggu dulu, kata "lokal"
sendiri sudah memiliki arti yang simpang siur dimana identik dengan
kenari berpostur kecil ataupun kenari produksi lokal (bukan import).
Tentu saja kualitas tidak semata dapat diukur dari ukuran tubuh, warna
serta tampilannya akan tetapi bagaimana kualitas secara utuh yang
melekat.
Masalah materi indukan import dan tidak import adalah pilihan dan
dikondisikan menurut kebutuhan atau sesuai dengan kemampuan kita. Yang
pasti burung berkualitas hanya akan terdeteksi jika secara nyata dilihat
dan didengar.
Menciptakan kenari berkualitas bisa dari jenis apa saja dan warna apa saja.
Semakin maraknya kenari import yang masuk ke Indonesia malah sebenarnya
membuat bingung penggemar di negeri ini mengingat semua jenis kenari
import disodorkan dengan berbagai macam kelebihannya seakan tidak ada
cela dan kelemahannya. Jika hal ini keterusan/kebablasan maka bisa jadi
dalam beternak kenari malah akan melupakan tujuan yang semestinya dan
berorientasi "asal kawin import" dimana mengawinkan sesama kenari import
tanpa tujuan yang jelas. Hal yang mungkin dirasa nantinya adalah malah
justru menurunkan kualitas akibat terlalu asyik mengawinkan kenari
import.
Maka mungkin untuk kedepannya sesama peternak bisa saling mendukung,
share materi ternak guna mendapatkan tujuan mencetak kenari indonesia
yang berkualitas. Karena mungkin jika bergerak dan didukung oleh
kebersamaan maka semuanya akan menjadi mungkin.
Post a Comment