Hal Yang Menjadi "Tren" Pada Burung Kenari
Hal Yang Menjadi "Tren" Pada Burung Kenari
Menikmati burung kenari bagi sebagian orang adalah klangenan (hobi)
namun sebagian lainnya memandang sebagai prestis. Burung kenari yang
hingga sekarang sudah dikenal oleh kalangan luas ternyata dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh suatu propaganda, ideologi,
komersialitas, rivalitas hingga masalah mitos yang berbalut menjadi satu
sebagai sebuah "tren" kenari Indonesia.
Beberapa teman-teman sekalian dahulu mungkin sudah tak asing mendengar
seruan "kenari isian blacktrhoat" merupakan kenari berlagu mewah dan
top, atau jenis F1 yang identik dengan kualitasnya yang mantab dan
berpostur besar. Beberapa bentuk seruan lainnya seperti kenari jenis
yorkshire mempunyai volume lagu yang istimewa atau kenari import
memiliki kualitas yag lebih baik ketimbang kenari jenis lokal, mitos
seputar warna hijau yang lebih tarung di lapangan dengan warna yang
dianggap kurang diminati. Maka beberapa seruan tersebut saya rasa bukan
tanpa sebab karena memang sebenarnya beberapa statement tersebut keluar
menurut budaya, ideologi dan pengetahuan pada masanya. Adapun beberapa
penjelasan menurut pendapat pribadi saya soal tren perkenarian di
Indonesia ini secara garis besar meliputi:
Propaganda : dalam ilmu sosial propaganda disebut sebagai suatu hal yang
diserukan untuk kepentingan dan tujuan tertentu yang biasanya tidak
bersifat objektif dan mampu mempengaruhi pendapat dan perilaku
seseorang. Dalam hal burung kenari ini propaganda tersiar melalui
pihak-pihak seperti pengepul, penjual bahkan peternak dan penghobi
sekalipun.
Ideologi : biasanya berbentuk visi dan tujuan yang berbasis sekelompok
ide atau gagasan yang mampu mempengaruhi hal/orang lainnya. Dalam hal
burung kenari ini ideologi terjadi saat beberapa orang mulai secara
bersama, kompak dan serempak menuju satu visi untuk menciptakan suatu
jenis kenari tertentu untuk tujuan tertentu dan akan dianut secara alami
oleh pihak lain yang merasa tidak dirugikan.
Komersialitas : merupakan bentuk iklan yang digunakan untuk menarik
perhatian pembeli bahkan dalam skala yang cukup besar mampu membentuk
opini publik. Di era digital seperti sekarang ini komersialitas terjadi
secara terang-terangan melalui media jejaring sosial seperti Facebook
atau media iklan yang lainnya.
Rivalitas/Lomba : sudah menjadi kebiasaan jika seekor burung kenari yang
mempunyai predikat jawara menjadi trend setter bagi yang lainnya. Dalam
hal ini mampu membuat segmentasi yang berujung kepada tren lagu, warna
dan jenis yang dirasa mampu untuk dilombakan sehingga banyak peternak
ingin menciptakan jenis yang dirasa bagus.
Mitos : merupakan sebuah kisah turun temurun yang belum tentu terbukti
kebenarannya. Bahwa ternyata mitos ini berperan sangat erat dalam
mempengaruhi semua unsur dan pihak yang terlibat dalam pelestarian dan
hobi burung kenari ini, sebagai contoh: kenari warna hijau lebih tahan
banting, lebih cepat bunyi dan bahkan sialnya dianggap sebagai warna
yang buruk.
Teori dan pengetahuan : teori dan pengetahuan turut berperan dalam
membangun popularitas pasar dan minat walaupun kadang pengetahuan dan
teori itu belum bisa dibuktikan secara ilmiah, sebagai contoh: jenis
kenari gloster mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi.
Hingga sekarang ini tren burung kenari setidaknya secara umum masih
diwarnai oleh dua jenis orientasi yaitu jenis silangan (hybrid, mule)
dan jenis asli. Menurut pengamatan saya hingga tulisan ini saya muat di
blog ini adalah bahwa pada umumnya di sekitar daerah saya jenis kenari
silangan masih mendominasi untuk jenis kenari lapangan (lomba) sedangkan
jenis asli atau yang sering disebut penghobi sebagai galur murni belum
begitu "terlihat" populer di lapangan. Melihat kecenderungan ini saya
rasa setiap region mempunyai budaya yang berbeda-beda namun saya
meyakini bahwa tetap ada satu titik yang mampu mempengaruhi minat serta
tren perkenarian nasional sehingga untuk waktu ke depannya mungkin saja
bentuk lomba dan orientasi komunitas dan peternak kenari juga akan
berubah.
Namun saya harap bahwa tren lomba kenari khas ala Indonesia dengan
penilaian non teriak, banyak gantangan; yang mempertimbangan aspek
panjang lagu, variasi lagu, volume suara dan durasi kerja patut
dipertahankan dengan tidak menutup kemungkinan akan ditambah kelas lain
yang mengadopsi kontes kenari di luar negeri. Demikian dari saya, semoga
bermanfaat dan mampu menambah tali persaudaraan. Salam hangat
Post a Comment